Ancaman letusan eksplosif Gunung Merapi masih mengancam menyusul temuan mengejutkan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Temuan itu adalah munculnya lava plug (sumbat lava) dan magma kental di Merapi.

“Letusan eksplosif masih akan terus terjadi,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, ketikadihubungi Tempo, Sabtu (30/10).

Meski bersifat eksplosif, Subandriyo mengatakan letusan tak akan sebesar letusan yang pertama pada (26/10) lalu, yakni hanya setengah dari letusan yang pertama.

Pada letusan pertama energi yang dihasilkan mencapai tiga kali lipat dari letusan Gunung Merapi tahun-tahun sebelumnya.

“Kekuatan eksplosifnya kira-kira hanya 50-60 persen dari yang pertama,” kata Subandriyo. Analisis BPPTK melontarkan ancaman letusan eksplosif ini karena berbagai alasan. Pertama pembentukan kubah lava hingga hari Sabtu (30/10) masih nihil.

Ternyata salah satu hambatan pembentukan kubah lava ini karena pengentalan magma Gunung Merapi.  “Ternyata magmanya kental sekali karena itu tidak membentuk kubah lava seperti biasanya,” kata dia.

Kekentalan magma Merapi ini, menurut Subandriyo, terlihat dari kandungan kuarsa (SiO2) yang tinggi, yakni mencapai 57 persen.

Padahal pada saat normal hanya mencapai 52-54 persen. Sifat magma yang kental membuat kandungan gasnya juga tinggi. “Tapi sekarang kami belum bisa mengukur,” katanya.

Data terakhir sebelum Merapi meletus kandungan gas mencapai 34,8. Padahal kandungan normal hanya 20 persen. “Untuk ukuran 34 itu sudah tinggi sekali,” katanya.

Karena kandungan gasnya tinggi, magma kental, dan sumbat lava, praktis letusan eksplosif akan tetap terjadi. Subandriyo kian yakin dengan ancaman letusan ini menyusul terjadinya letusan eksplosif pada pukul 00.16 dini hari itu.

“Letusan itu cukup mengejutkan kami, seingga letusan eksplosif kemungkinan ada dengan data baru itu,” katanya. 

Sumber : Tempointeraktif.com